Selasa, 07 April 2015

PERWAKILAN DESAIN KURIKULUM



Desain kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Representative Curriculum Designs yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design, problem centered design.

A.     Desain yang berpusat pada subyek  (Subject‑centered design)
Desain kurikulum berpusat pada subyek merupakan desain tertua dan paling dikenal baik dikalangan guru maupun orang awam. Hal itu disebabkan guru dan orang awam tersebut juga disekolahkan/dilatih di sekolah yang menggunakan desain tersebut. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-matapelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum. Berikut yang termasuk dalam desain yang berpusat pada subyek adalah : 

1.      Desain subyek (Subject design)
Pada subject design, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisika, berhitung dan lain sebagainya. Mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya. Desain ini berdasarkan pada keyakinan bahwa yang membuat manusia memiliki ciri khas dari makhluk lain adalah kecerdasan mereka. Dengan kata lain, dalam merencanakan suatu kurikulum akan lebih baik jika dipusatkan pada mata pelajaran yakni pengetahuan-pengetahuan sehingga manusia akan bertambah cerdas.

2.       Desain disiplin (Disciplin design)
Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu. Dimana penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui latihan dalam pembelajaran. Model desain ini yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran apa saja yang harus dikuasai siswa baik menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun berdasarkan dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam hal evaluasi, desain disiplin menitikberatkan kepada tujuan tiap mata pelajaran. Dalam bidang humaniora evalusasi dalam bentuk essai, matematika dinilai berdasarkan penguasaan bukan sekadar kebenaran dalam menghitung, dan dalam bidang IPA dinilai dalam bentuk pengujian proses berpikir bukan sekadar benar jawaban.

3.      Desain berorientasi pada lapangan luas (Broad field design)
Broad-filed design merupakan pengembangan dari subject design dan disciplines design. Dari dua desain tersebut masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan mengembangkan the broad field design yakni desain yang menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung dalam pengetahuan sosial, dan sebagainya. Broad field sudah merupakan perpaduan atau fusi dari sejumlah mata pelajaran yang berhubungan. Ciri umum dari broad-fields ini adalah kurikulum terdiri dari suatu bidang pengajaran dimana di dalamnya berpadu sejumlah mata pelajaran yang saling berhubungan. Tujuan dari desain ini adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman  yang bersifat menyeluruh.

4.        Desain korelasi (Correlation design)
Desain korelasi adalah bentuk desain yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  • Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
  • Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
  • Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.

B.      Desain yang berpusat pada Peserta Didik (Learner‑centered design)
Desain ini lebih mengutamakan peranan siswa (penekanan pada perkembangan peserta didik). Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Disini guru berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong, dan memberikan bimbingan sesuai kebutuhan peserta didik yang dikembangkan bersama antara guru dan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas pendidikan. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengaruhi bagaimana berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan kurikulum. Desain yang berpusat pada siswa dapat diklasifikasikan dalam empat hal yaitu:  Desain  berpusat pada anak (Child‑centered design), Desain berpusat pada pengalaman (Experience‑centered design), Desain berorientasi keradikalan/keromantisan (Romantic /radical  design), Desain  berorientasi pada humanis (Humanistic design).

1.      Desain Berpusat Pada Anak (Child‑centered design)
Desain berpusat pada anak ini dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa aktifitas pembelajar disekolah hendaknya berpusat pada sektor minat dan kebutuhan siswa. Sebagaimana yang dinyatakan Heinrich Pestalozi and Foebel bahwa anak-anak harus mampu mencapai kesadaran diri melalui partisipasi sosial : proses paling ideal dalah belajar sambil bekerja (learning by doing).

2.       Desain Berpusat Pada Pengalaman (Experience‑centered design)
Desain  berpusat pada pengalaman memiliki kesaman dengan Desain  berpusat pada anak, yang mengemukakan bahwa anak hendaknya dijadikan landsan dan pengorganisasian persekolahan. Desain berpusat pada pengalaman didasarkan atas pandangan bahwa minat dan kebutuhan anak dan kerangka kerja kurikulum tidak dapat direncanakan untuk memahami seluruh anak. Bagaimanapun ketika memasuki sekolah anak-anak memiliki minat yang berbeda dan unik. Beberapa ciri utama activity atau experience design yakni kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik dimana dalam implementasinya guru hendaknya menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, membantu para siswa memilih mana yang paling  penting dan urgen dan desain ini menekankan prosedur pemecahan masalah, maksudnya dalam pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan dalam activity design perlu mempunyai cara memecahkan masalah tersebut.

3.      Desain Beroientasi Pada Keromantisan/Keradikalan (Romantic /radical  design)
Desain romantic/radical memandang bahwa dunia anak merupakan dunia yang penuh dengan kelembutan dan kebaikan sementara dunia orang dewasa merupakan dunia yang penuh dengan konspirasi kejahatan berantai. Pandangan Roussel tentang pendidikan di publikasikan pada tahun 1762. Dalam pandangannya Roussel mengatakan ” kebaikan akan membuat segala sesuatu itu menjadi baik ; pemuda yang hidup dalam suatu lingkungan yang kurang baik maka ia akan menjadi Iblis baginya. Sementara statemen Roessel yang lain adalah : banyak yang bisa kita perbuat, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengontrol sebuah perbuatan. Namun desain ini banyak menampung kritik-kritik dimana dikatakan bahwa desain kurikulum yang berpusat pada siswa tidak mampu secara edukatif dalam menyiapkan kebutuhan siswa di kehidupan mendatang.

4.       Desain Humanis (Humanistic design)
Carl Rogers berasumsi bahwa masyarakat dapat meningkatkan pembelajaran pimpinan-diri dengan menilai diri sendiri untuk meningkatkan pengertian diri, untuk belajar konsep diri dan sikap-sikap dasar untuk memandu tingkah laku mereka. Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini juga menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya ber pusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.

C.     Desain yang berpusat pada masalah  (Problem‑centered design)
Problem centred design pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Berangkat dari asumsi bahwa manusia hidup bersama menghadapi masalah bersama dan harus dipecahkan bersama juga. Isi kurikulum berupa masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekema disusun berdasarkan minat, kebutuhan, dan pengalaman perserta didik. Diantaranya yang termasuk dalam desain yang berpusat pada masalah adalah : Desain situasi tempat tinggal (Life situation design), Desain inti (Core design), Desain problem/rekontruksi sosial (Social problem/recontructionist).

1.      Desain Situasi Kehidupan (Life situation design)
Pada model desain ini lebih menekankan pada pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content objectives) diintegrasikan yang menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Ciri lain dari model ini adalah menggunakan pengalaman situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.

2.      Desain Inti (Core design)
kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata pelajaran/ bahan ajar tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan di sekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core curriculum  diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Disamping memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.

3.       Desain Masalah Sosial/Reknontruksi (Social problem/recontructionist design)
Desain masalah rekontruksi sosial memiliki ciri desain sebagai berikut :
  • Tujuan utama desain masalah rekonstruksi sosisl adalah mengahadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
  • Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengundang lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
  • Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, poal organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-tengahnya sebagi poros dipilih sesuatu maslah yang menjadi gtema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatavn jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Pengajaran rekonstruksi social banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, bengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industry mengembangkan bidang-bidang industry. Paulo freize adalah tokoh yang banyak memberikan kontribusi baik teori maupun praktek dalam pengajaran rekonstruksi social. Di daerah Amerika latin memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakan gerakan budaya akal budi (conscientization). Gerakan ini adalah merupakan suatu proses pendidikan atau pengajaran di mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang realitas social budaya dan dengan segala kemampuannya berupaya mengubah dan meningkatkannya. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hanbatan-hambatan yang dihadapi, meningkatkan kemampuan memcahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Daftar Pustaka

Brady, Laurie and Kennedy, Kerry. 2007. Curriculum Construction. Australia: Pearson Education.
Ornstein, A and hunkins, F. P. 1988. Curriculum Foundation Principles and Issues. New York: Prentice Hall.
Tyler, W. Ralph (1949). BasicPrinciples of Curriculum and Instruction. Chicago; University of Chocago Press.
Zais, Robert. S (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row Publishers.