Jumat, 03 April 2015

CURRICULUM IMPLEMENTATION


- IMPLEMENTASI KURIKULUM -

a. HAKEKAT DARI IMPLEMENTASI
Leslie Bishop mengatakan bahwa implementasi membutuhkan perestrukturan dan penggantian. Dan ini membutuhkan reorganisasi dan meningkatkan kebiasaan pribadi, cara berprilaku, penekanan program, ruang pembelajaran dan rancangan kurikulum yang tentunya eksis. Ketika evaluasi kepada impelemntasi kita harus menganggap asumsi pendidik yang bervariasi dan membawa pada proses. Banyak asumsi yang diimplementasikan merupakan langkah simpel lainnya dalam proses perencanaan kurikulum.

1. Hubungan dari Implementasi kepada Perencanaan
Kesuksesan dari impelemntasi kuikulum dari perencanaan yang sangat hati-hati. Proses perencanaan berdasarkan kebutuhan, perubahan, dan sumber yang bisa dibawa kepda tindakan yang diinginkan. Yang melibatkan bagaimana kebijakan pelaksanaan hal tersebut. Impelemntasi dari kurikulum membutuhkan perencanaandan perencanaan itu berfokus pada beberapa faktor yaitu People (orang-orang), Program, Orgnization dan proses dan Institutions. Maka dalam implementasi kurikulum haruslah melihat faktor –faktor diatas ini, banyak sekolah dan guru-guru gagal melaksanakan perencanaan dari pengembangan kurikulumnya karena tidak mendengarkan kebutuhan dan komunikasi dengan orang sekitar sehingga program tidak akan diakui oleh personal dan lingkungan pendidikan itu diselenggarakan.

2. Komunikasi
Kapanpun desain kurikulum itu dibuat, komunikasi haruslah dijaga tetap terbuka dengan baik sehingga program yang baru dibuat bisa diakui oleh personil pendidik. Dan frekuensi dari diskusi tentang program baru antara guru, prinsipal dan pekerja kurikulum adalah kunci dari kesuksesan implementasi dari program kurikulum di sekolah. Jika pemimpin yang membuat program kurikulum tadi ingin berkomunikasi tentang fakta tentang rancnagan kurikulum yang baru yang akan diimplemntasikan, mereka bisa berkomunikasi tentang fakta tadi dengan surat, memo, artikel, buku, buletin, laporan penelitian atau lewat kuliah umum, hal ini dikerenakan komunikasi yang kompleks.

3. Kooperatif
Kooperatif atau kerjasama antara semua orang yng terlibat dengan program implementasi ini haruslah akurat jika perubahan itu untuk kesuksesan dan menjadi institusi tersendiri. Pandangan terdahulu mengindikasikan bahwa jika guru berpertisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya, maka peningkatan mutu dan implementasi kurikulum akan mengalami peningkatan.

4. Suport
Perancang kurikulum butuh untuk dukungan yang penting untuk program yang sangat meembtutuhkan suport atau modifikasi program utuk memfasislitasinya dalam impementasi yang beruntun. Dengan adanya suport ini berhubungan dengan kepercayaan diri antara satu dengan lainnya dalam pekerjaan. Selain itu suport juga dibutuhkan dalam implementasi yang merupakan kolaboratif dan usaha  emosi. Suport yang menyemangati adalah hal yang vital jika implementasi itu harus menjadi sukses. Dan Lortie menekankan bahwa guru menghabiskan pekerjaan banyak dalam ruangan kelas dengan muridnya oleh karena itu dia sedikit berkomunikasi dengan lingkungan lainnya.

b. IMPLEMENTASI SEBAGAI PROSES PERUBAHAN
Berdasarkan penelitian untuk perubahan kurikulum untuk kesuksesan adanya 5 guideline yang harus diikuti yaitu
1.    Desain inovasi untuk meningkatkan pencapaian siswa
2.    Inovasi yang sukses mmbtuuhkan perubahan dalam steruktur sekolah tradisional
3.    Inovasi itu harus bisa di mana saja
4.    Kesuksesan implementasi usaha perubahan harus terorganisasi
5.    Hindari sindrom “lakukan sesuatu dan dan lakukan apapun”

1. Teori dari Proses
Perubahan adalah hasil dari pengetahuan baru bagaimanapun kehadiran pengetahuan baru itu tidak selamanya membuat perubahan. Orang-orang harus mengorganisasikan kebutuhan dalam perubahan tadi, dan mereka harus lebih mengenal kebutuhan itu jika mereka mengerti perubahan dan bagaimana itu terjadi. Lovell dan Wiles menghadirkan model dari perubahan yang berkaitan dengan konsep sosial dan psikologi. Model ini berimplikasi bahwa guru dan murid harus berada dalam perhatian kuat pada guru dan mereka ini terikat oleh kepercayaan bahwa mereka bisa mencapai tujuan yang sama dengan lebih efektif sebagai sistem dalam pribadi individu masing-masing.

 2. Tipologi dari Perubahan
Warren Bennis telah mengidentifikasi beberapa tipe perubahan yang berguna:
  • Perubahan Perencanaan, yang mana melibatkan proses perubahan yang memiliki kekuatan yang sama fungsinya agar perencanaan lebih baik adanya. 
  • Paksaan merupakan karakter yang dibuat oleh satu kelompok dalam mencapai tujuan dan intensional.
  •  Perubahan Interaksi, merupakan berkerakterkan kepada seting tujuan yang mennguntungkan baik bagi masing-masing kelompok.

3. Perubahan Berdasarkan ke Komplekkan
Perubahan yang komplek ini terorganisasikan ke dalam:
  1. Subtitusi, satu segi elemen mungkin bisa di subtitusikan kedalam kelompok diri lainnya. 
  2. Alterasi, tipe perubahan ini adanya ketika seseorang memperkenalkan kedalam materi yang ada dan program dengan konten yang baru, item, materi serta program baru juga. 
  3. Perturbation (gangguan), perubahan ini bsa menjadi gangguan pertama bagi program, tetapi bisa menjadi meningkatkan secara terarah dalam proses program. 
  4. Restrukturing, perubahan ini menuju kepada modifikasi sistem itu sendiri, seperti sekolah dan sistem sekolah dalam penyampaian materi. 
  5. Perubahan orientasi nilai, yaitu perubahan akan orientasi nilai dari kurikulum baik dari segi filofofi, sosial maupun psikologis.

c. MODEL IMPLEMENTASI KURIKULUM

1. Leadership-Obstacle Course Model
Model ini tumbuh dari kerja Neal Gross untuk menentukan kesuksesan atau kegagalan dari organisasi. Dalam esensinya LOC model meluas akan model lainnya yang ada. Idenya adalah kepemimpinan untuk menetralisasi rintangan , hal ini bisa dilakukan dengan membuat 5 kondisi dan tahap yang ada:
  1. Anggota organisasi harus paham betul tujuan dari inovasi 
  2. Individu di dalam organisasi harus memberikan segala skill dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan inovasi program ini 
  3. Materi yang di butuhkan dan perlengkapan untuk organisasi harus lengkap 
  4. Organisasi dalam hal ini sekolah harus di modifikasi sehingga kompatibel dengan inovasi yang disarankan ini 
  5. Setiap orang yang berpartisipasi dalam inovasi ini harus memiliki meotivasi untuk menghabiskan waktunya dan usaha untuk membuat inovasi ini sukses.

2. Linkage-Model
Model ini dikembangkan oleh Ronald Havelock yang mengenal bahwa adanya inovator dalam penelitian dan pusat pengembangan, univarsitas dan sistem sekolah. Edukator dalam lapangan misalnya menemukan beberapa usaha mereka terhadap inovasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah  sekolah.

d. PERANAN AGEN PERUBAHAN
Dalam melakukan perubaha tentunya adanya individu sebagai penggerak perubahan itu yang dikenal sebagai agen perubahan dalam hal ini yaitu sekolah dan lmbaga pendidika lainnya. Hal ini diantaranya.
  1. Guru sebagai inisiator, para pendidik mengatakan guru adalah salah satu sebagai agen perubahan, dimana guru memulai pembuatan kurikulum hingga pada pengembangan kurikulum
  2. Principal sebagai inisiator, keutamaan dari sesuatu juga menjadi peranan penting dalam perubahan hal ini bisa membantu perubahan menjadi implementasi yang sukses karena mereka tahu kilamknya organisasi sekolah dan mereka mendunkung orang-orang yang memainka ekolah tersebut.
  3. Fasilitator-Koordinator, koordinator dan fasilitator yang diambil dari personil dalam sekolah, sebagai penggerak agar sekolah menjadi makin produktif baik pendidikannya maupun implemntasi dari kurikulum tadi. 
  4. Supervisor, proses implementasi kurikulum tentunya harus di supervisi ada yang mengawasi, maka supervisor memiliki peranan yang kuat, apakah implementasi dari perubahan kurikulum dijalankan dengan baik atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar