Aksiologi :
nilai kegunaan ilmu
1.
Ilmu dan Moral
Peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Sejak dalam tahap-tahap pertama
pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja
digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia
dan menguasai meraka.
Perkembangan ilmu sering melupakan faktor manusia, dimana bukan lagi
teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,
namun justru sebaliknya, manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri
dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan
kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan
eksistensinya sendiri.
Saat ini ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri yakni ilmu
kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan
ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan
hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.
Sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terikat dengan masalah-masalah moral
namun dalam perpektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan
teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi
matahari” dan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan ajaran agama, maka
timbulah interaksi antara ilmu dan moral (yang
bersumber pada ajaran agama yang berkonotasi metafisik). Dengan demikian
timbulah konflik yang bersumber pada penafsiran mentafsir ini yang berakumulasi
pada pengadilan inkuisis Galileo pada tahun 1633. Dalam kurun ini para ilmuwan
berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran dengan semboyan : ilmu yang Bebas Nilai!
Konfilk ini bukan saja terjadi dalam ilmu-ilmu alam namun juga dalam
ilmu-ilmu sosial dimana berbagai ideologi mencoba mempengaruhi metafisika
keilmuan. Ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan
pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi, bertujuan memanipulasi
faktor-faktor yang terkait dalam gejala untuk mengontrol dan mengarahkan proses
yang terjadi.
Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali
namun dalam kaitan dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontenplasi masalah
moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini
masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
Sedangkan dalam tahap pengembangan konsep, masalah moral yang
ditinjau dari segi ontologi keimuan, sedangkan dalam tahap penerapan konsep
terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Ontologi diartikan sebagai pengkaji mengenai
hakikat realitas dan obyek yang ditelaah dalam pembuahan pengetahuan. Aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Begitu juga dengan epistemologi membahas cara untuk mendapatkan
pengetahuan; yang dalam kegiatan keilmuan disebut metode ilmiah.
Masalah teknologi sebenarnya lebih merupakan masalah kebudayaan
daripada masalah moral. Ekses teknologi yang bersifat negatif dimaksud bahwa
masyarakat harus menetukan teknologi mana saja yang akan dipergunakan dan
teknologi mana yang tidak, hal ini dipaparkan agar sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dijunjungnya.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan
teknoogi yang berisifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan
pendapat :
·
Golongan I
Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat
netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam
hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengatahuan dan terserah kepada orang
lain untuk mempergunakannya, apakah pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan
yang baik, ataukah dipergunakan untuk tujuan yang buruk.
·
Golongan II
Ilmuwan golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan
dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuwan
harus berlandaskan asas-asas moral dan harus bersifar
netral baik secara ontologis maupun secara aksiologis dan berlandaskan
asas-asas moral.
Dengan demikian masalah
moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran dan
terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral.
2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul
dibahunya, yakni karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat. Fungsi selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan
keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk
keilmuan secara individual namun ikut juga bertanggung jawab agar produk
keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisiten dengan proses
penelaahan kelimuan yang dilakukan. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwan
yang memberikannya nilai. Dalam hal ini maka masalah apakah ilmu itu terikat
atau bebas dari nilai-nilai tertentu, semua itu tergantung kepada
langkah-langkah keilmuan yang bersangkutan dan bukan kepada proses keilmuan
secara keseluruhan.
Tanggun jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif
yang benar; untung dan ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang
obejektif dapat dimungkinkan. Seorang ilmuwan terpanggil dalam tanggung jawab
sosial karena dia mempunyai kemampuan untuk bertindak persuasif dan
argumentatif berdasarkan pengetahuannya yang dia miliki.
Dibidang etika tanggung jawab sosial
seorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil
di depan bagaimana caranya bersifat objektif, terbuka, menerima kritikan,
menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan
berani mengakui kesalahan. Ilmu
menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam
penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa
menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfataan pengetahuan dan teknologi
diperhatikan sebaik-baiknya.
3. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan memberikan hasil penemuannya
dipergunakan untuk menidas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah
bangsanya sendiri. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh berpangku tangan. Dia
harus memiliki sikap; berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam? Oleh
karena itu diperlukan landasan moral yang kukuh untuk mempergunakan ilmu
pengetahuan secara konstruktif.
Salah satu musuh kemanusiaan yang besar adalah peperangan. Perang
menyebabkan kehancuan, pembunuhan dan kesengsaraan. Tuga ilmuwan untuk menghilangkan
atau mengecilkan terjadinya peperangan ini meskipun hal ini merupakan sesuatu
yang hampir mustahil terjadi. Oleh karena itu, seorang
ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan-penemuan apapun juga yang
bentuknya dari masyarakat luas, serta apapun juga yang akan menjadi
konsekuensinya, baik yang ditunjukan untuk keselamatan manusia ataupun penemuan
yang membahayakan manusia.
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat
dipakai untuk kemasalahatan manusia atau sebaliknya dapat pula disalah gunakan.
Untuk itulah tanggung jawab ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat
yang tepat, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.
Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila
hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun atas kerangka pemikiran yang
terpengaruh proferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan
denga fakta-fakta pengujian. Penyimpangan ini merupakan pelanggaran moral yang
sangat dikutuk dalam msayarakat ilmuwan.
4. Revolusi Genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah
keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai
obyek penelaah itu sendiri, dengan penelitian genetika ini menjadi sangat lai.
Kita tidak lagi menelaah organ- organ manusia melainkan manusia itu sendiri
yang menjadi objek penelitian yang menghasilkan bukan lagi tekhnologi yang
memberikan kemudahan melainkan teknologi yang mengubah manusia itu sendiri. Riset
genetika akan digunakan dengan itikad yang baik untuk keluhuran manusia.
5.
Penutup
Dari pemaparan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi
adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu
digunakan.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada
masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat
bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah
pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik – baiknya.
Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan.Seorang
ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
Bakhtiar, amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali
pers.
S. Suriasumantri, Jujun. 2010. Filsafat ilmu sebuah
pengantar populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar